Skip to main content

Antara Hujan dan Rindu


 Soreku begitu hangat ditemani dengan secangkir kopi pahit diatas meja yang biasa kutumpangi.
Desiran hujan yang berguyur seluruh kota tak asing lagi terdengar.
Beberapa kendaraan hendak lewat dijalanan dan sebagian dari mereka mengenakan jas hujan(mantel).Aku duduk ditepi kaca yang transparan sambil melihat beberapa kendaraan yang hendak lewat.
Seandainya saja aku tak beranjak dewasa betapa indahnya masa-masa yang telah aku lewatkan tersirat sejuta kenangan dimana saat sepulang sekolah pada waktu SD kujadikan daun pisang sebagai payung teduhku sambil bercerita dengan teman sebaya.Yang lainnya pada sibuk main kejar-kejaran dan yang lain lagi ingin basah kuyup sembari menikmati hujan.
Sambil bercakap-cakap satu diantara kami begitu senang dan tak ingin hujannya berhenti.
Ditengah perjalan terlihat tanaman disekitar begitu indah ditambah desiran angin yang begitu kencang kamipun bersorak-sorai dan bernyanyi seakan dunia itu milik kami.
Lumpur dan juga air keruh kini tak asing lagi untuk dijadikan sebagai mainan,ada yang lempar sana sini ada juga yang jadiin lumpur sebagai bedak cair.
Sepatu buyut berwarna pink kini sudah penuh dengan air hingga serasa berat jadi kuputuskan untuk ditenteng.
30 menit dalam perjalanan akhirnya hujan reda juga dan sampai dihalaman rumah ternyata  ibu dan ayah sedang menungguku.
Mereka mengkhawatirkanku dan begitu panik tapi aku yang terlihat basah kuyup malahan senang entahlah apa karena hujan.
Diatas meja yang bercat biru telah disiapkan secangkir kopi dan juga ubi sambil bercerita serta gelak tawa yang menghiasi suasana rumahku.
Jam sudah menunjukkan pukul 17:00 aku bangkit dari lamunanku dan bergegas untuk pulang.
Astaga,ternyata itu cuman sebatas angan mengingat akan masa-masa yang telah terlewatkan dulu.
Hal seperti itulah yang membuat aku jadi rindu,seandainya waktu dapat berputar kembali alangkah baikknya kembali ke masa kecil lagi.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apakah saya bahagia?

             ( sumber gambar: hipwee.com) Di zaman sekarang kita meremehkan hidup sebagai sesuatu yang santai. Menghabiskan dengan bersuka ria, bersenang-senang sesuka hati sampai lupa akan tujuan dan konsekuensi dari awal apa yang harus diperbuat demi menuai hasil atau masa depan yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan hanya sebagai sesuatu yang cuma-cuma seperti, menarik ulur beranda setiap hari tanpa ada tujuan, buang-buang waktu mengurus perasaan yang tau-taunya tidak jelas mau kemana arahnya, menguras energi dengan memikirkan yang kenyataannya tidak sama dengan realita menguras bathin (menangis karena putus cinta, merasa masa depan sudah suram) menguras pikiran dan membuat hidup itu tidak ada arti seolah hidup itu seperti mati. Apakah dengan terus melakukan hal seperti itu adalah tanda dari suatu kebahagiaan atau kehidupan? Setiap orang punya penilaian masing-masing, kita tidak berhak bahwa pandangan mereka salah dan kita benar. Jawaban yang sesungguhnya adalah, baga

Perihal berpena

Menjelma bagai dewa Terselubung lewat sinar Sulit untuk aku genggam Perlahan dia menghilang arah Di atas surat itu sudah kutuliskan Kenangan indah bersama dikala dulu Tentang cinta dan kasih sayang Kini sirna dimakan serangga dan lalat Aku terkapar lagi pada barisan depan Sejenak nafasku terengah dan mengangah Sekitar melihat dengan mata tajam Kubalas dengan senyuman membinar Letihku tak terbayar pada aksara Aku berkarya bukan semata ingin terkenal Tetapi jiwaku berkata baiknya kamu berpena Dengan itu kamu akan mengerti apa arti dari peribahasa Setiap kata kuperlihatkan dengan seksama Agar aku mengerti apa yang sedang aku jabarkan Tetapi ilusi kian mulai berhenti pada saat aku memaksa untung mencerna Hingga mataku lelap memikirkan perihal Kubuka perhelai setiap ciutanku diatas buku Sejenak aku diam lalu melotot pada kata itu Mencari hingga beberapa sumber untuk menemu Alangkah baiknya tak jelas dan lebih baik bisu Ragaku sudah tak ingin untuk mencari la