Lama tak ada kabar kegelisahan sering menghantui pikiran si Rina, Rikus telah lenyap ditelan oleh leletnya jaringan di kampungnya terlalu lama rindu yang bergerumun di tepian ujung kertas usang itu kini tambah usang.
Ilusinya tak jelas entah dia sedang memikirkan Rikus ataukah tanggal tua yang membawa kepiluan akan persediaan kebutuhan pokok yang sudah tak ada? Mengutak atik Handphone menarik beranda hingga berapa kali tetapi tak ada satupun pemberitahuan dari Rikus hanya isu tak jelas lewat judul yang memancing para pembaca agar singgah di tautanya membosankan.
Kursi yang ditumpanginya kini menjadi hangat bagai dibelukar padang rerumputan liar.
Saat teman-temanya bercerita dan menimbul gelak tawa menghiasi suasana ia terdiam bagai terpenjara dalam ruangan cinta tak berbalas.
Melihat dengan mata sinis ia terperangkap dalam suasana itu sebab dia saja yang dipilu oleh kerinduan.
Tetapi, ia selalu percaya bahwa keadaan ini tak akan lama memengaruhi pikirannya, karena komitmen antara dia dan Rikus sudah dibangun sejak awal mereka pacaran.
Rikus begitu sangat dikaguminya ia humoris, periang dan penenang terlebih saat emosi sudah diatas rata-rata, Rina kerap kali suka mencari masalah entah karena ingin tahu sebesar apa sih responnya Rikus ketika menghadapi masalah itu.
Alhasil, Rinus hanya berkata "tak ada korek kok tiba-tiba apinya menyala" balasan singkat dari Rinus. Rina sangat murka, kenapa dia tak marah atas hal ini atau mungkin dia tak ingin memperpanjang segala situasi yang akan memperumit dalam pemecahan. Sudahlah.
Pada saat panggilan masuk berdering, Rina begitu antusias mengangkatnya dan feeling-nya benar Rikus menelefonnya jantung Rina berdeguk kencang bagai bayang-bayang obrolan singkatpun dimulai sampai di menit ke lima, obrolannya terjeda hati Rina kembali sedih padahal dia lagi rindu tetapi di tenggelamkan oleh jaringan tersebut hingga menghubungkan ulang selalu melekat pada obrolan singkat itu.
Lebih baik tak usah berkabar karena ujungnya jaringan pengganggu suasana hati kian menjengkelkan.
Satu minggu setelah tak ada kabar, kegiatan yang dilakukan oleh Rina saat sepi menghantui dirinya adalah dengan membuka kembali chattingan dulu pada saat mereka berkenalan. Begitulah ceritanya bila rikus tak mengabarinya, tertawa ngakak lalu menepuk layar kaca handphonenya dan berkata "kok bisa ya saya sampe jadi pacarnya" Pikir moni.
"Padahal dia orangnya sulit ditebak, dan kaku juga seperti es batu tetapi lama-lama dia membuatku menjadi seorang perindu".
Bergulir sampai jarinya letih, begitupun rindu yang berseliput lewat jingga kuning itu lama tak bersua biasanya sore-sore begini gadged-nya Rina kembali bergetar ditariknya notifikasi dan ternyata pesan singkat manis dari pujaan hati yaitu Rikus"Selamat sore Rina-ku, kamu lagi apa" Sungguh membuat matanya berkaca-kaca pada saat itu.
Lain lagi sekarang penuh harap agar dia online itu nihil sama sekali,setiap di chat selalu saja centang satu ada apakah gerangan? Tidakkah ia tahu bahwa Rina disendu oleh rindu yang berbelit-belit melingkari puing-puing itu cerana itu.
Biarkan saja, sampai waktu ini berlarut rindu ini akan aku tanam dilubuk, agar gerangan tau bahwa jarak bukanlah suatu alasan untuk mengakhiri hubungan karena rindu ini tak tahan melainkan saling percaya bahwa jaringan itu memperbaiki situasi ini.
Jika jaringan jadi penentu, aku akan tetap berpaku pada satu waktu yaitu menunggu kamu Rikus
Comments
Post a Comment