2020 adalah kisah penuh sejarah sepanjang saya berjalan melintasi kehidupan.
2020 adalah makna sesungguhnya yang terselip lewat pesan-pesan singkat.
2020 penuh pertikaian yang rumit.
Sepanjang kehidupan itu bergelombang pikiran manusia cenderung memiliki elemen-elemen dasar.
Kejadian yang menimpa baik negara, instansi, dan segala hal yang meliputi kehidupan adalah kumpulan cerita yang benar-benar nyata.
Terlalu congkak bila saya mengatakan kita adalah peradaban sementara dan kematian adalah keabadian.
Kita adalah kumpulan orang-orang yang belum siap mati saat kita benar dipanggil, tidak tau kapan itu terjadi, dimana itu terjadi. Bisa jadi pada saat kita sedang makan, pada saat kita sedang tertidur, dan saat-saat dimana kita tidak menyadari bahwa kita sudah berada di dunia lain. Sepanjang 2020 kisah tragis ada dimana-mana tidak mengenal ini siapa dan jabatannya apa semua sama rata. Ada yang mati mengenaskan dan ada yang mati tanpa isyarat apa-apa.
Kehilangan tidak diinginkan oleh siapa saja yang merasa kehilangan, tetapi kehilangan memberi arti baru dalam hidup bahwa kehilangan akan membawa dama dan suka cita dalam hidup. Kehilangan bukan penghalang dalam mencari dimana arti dari kebahagiaan sesungguhnya, tetapi kehilangan adalah warna baru dalam hidup yang menguatkan kita dari berbagai sisi.
Secara bathiniah, kita terpukul oleh keadaan yang menimpa pura-pura kuat padahal duri menusuk dengan tajam dalam pikiran dan perlahan meremas seluruh tenaga untuk bangkit kembali. Percaya atau tidak 2020 bagi saya adalah tantangan terbesar yang membuat saya semakin kuat dalam menjalani realita kehidupan.
Mama pergi untuk selamanya, takkan ada lagi yang bisa menyakinkan saya bahwa papa bahagia tanpa mama. Realitanya adalah saya sendiri terpukul oleh itu, berusaha memahami yang sedang menimpa namun nyatanya melihat papa adalah suatu kegelisahan yang tiada taranya mencengkram pemahamanku.
Kepergian Mama mengisyaratkan banyak hal dalam benakku, bahwa kematian itu tidak dapat kita tebak secara rasional. Tidak bisa kita tebak bahwa saya tidak menginginkan kematian.
Tanpa pesan yang tersirat, tanpa pamitan sebelum menghembuskan nafas terakhir. Bagi siapapun itu ini semacam utang yang belum terbayar lunas.
Kadang saya murka dengan Tuhan merenggut kebahagiaanku dan awal perjalanan karierku belum apa-apa salah seorang yang saya cintai dalam hidup dipanggil lebih dulu. Apakah ini hukuman untukku yang tak pernah menginginkan pulang pada saat dimana seorang mama benar-benar merindukanku.
Terlalu egois jika kesibukanku menjadi prioritasku, sampai lupa bahwa kerinduan mereka adalah pengobat segala kerinduanku juga.
Demi sebuah nasib yang belum sama sekali pasti, setiap saat doa adalah penghujung rindu dalam menjalin hubungan kepada Tuhan, salah satunya adalah kupanjantkan segala keluh kesahku dalam heningnya malam. Rintihan menjadi saksi bahwa sejauh apapun aku melangkah orang tua adalah pengobat dari segala obat.
Aku merasa telah memiliki segalanya dalam hidup, tak lupa juga doa orang tua adalah doa yang paling mujarab.
Langkah kakiku terhenti saat dimana aku merasa benar-benar kehilangan sosok ibu. Seorang yang dengan sabarnya menghadapi karakter anak, seorang yang dengan luar biasa pandai menyembunyikan luka, seorang yang tak ingin anaknya terbebani oleh pikirannya.
Jika esok adalah yang terbaik, dan hari ini adalah luka menghampiriku dengan perlahan izinkan aku terus merasa bahagia dengan kepunyaanku.
Segala yang aku dapatkan adalah bagian dari mereka yang lebih dulu merasakan, mungkin aku adalah perempuan yang terlalu kuat menahan beban dan segala kepenatan.
Itu biasa bagiku, salah satunya mendewasakanku dari berbagai sisi.
Pintaku tidak banyak untuk jiwa ini teruslah tegar dalam menghadapi peliknya pertikaian.
Semoga selalu seperti ini.
Comments
Post a Comment